Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

ARAB PRA ISLAM : Yahudi dan Kristen di Yaman

Raja-raja Yaman kadang dari keluarga Himyar yang sudah turun-temurun, kadang juga dari kalangan rakyat Himyar sampai pada waktu Dhu Nuwas al-Himyari berkuasa. Dhu Nuwas sendiri condong sekali kepada agama Musa (Yahudi), dan tidak menyukai penyembahan berhala yang telah manimpa bangsanya. Ia belajar agama ini dari orang-orang Yahudi yang pindah dan menetap di Yaman. Dhu Nuwas inilah yang disebut-sebut oleh ahli-ahli sejarah, yang termasuk dalam kisah "orang-orang yang membuat parit," dan menyebabkan turunya ayat: "Binasalah orang-orang yang telah membuat parit. Api yang penuh bahan bakar. Ketika mereka duduk di tempat itu. Dan apa yang dilakukan orang-orang beriman itu mereka menyaksikan. Mereka menyiksa orang-orang itu hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Mulia dan Terpuji." (Qur'an 85:4-8) Cerita ini ringkasannya ialah bahwa ada  seorang pengikut Nabi Isa yang saleh bernama Phemiom telah pindah dari Kerajaan Romawi ke Najran. Karena orang in

Shalat Tarawih Pada Zaman Nabi SAW

Nabi Muhammad saw telah melaksanakan dan memimpin shalat Tarawih. Bahkan beliau saw menjelaskan fadhilahnya, dan menyetujui jama'ah Tarawih yang dipimpin oleh sahabat Ubay bin Ka'ab. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan, bahwa shalat Tarawih secara berjama'ah disunnahkan oleh Nabi saw, dan dilakukan secara khusyu' dengan bacaan yang panjang. 1. Hadits Nu'man bin Basyir ra, Ia berkata: "Kami melaksanakan qiyamul lail (Tarawih) bersama Rasulullah saw pada malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separuh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur." [HR. Nasa'i, Ahmad, Al Hakim. Shahih] 2. Hadits Abu Dzar ra, Ia berkata: "Kami puasa, tetapi Nabi saw tidak memimpin kami untuk melakukan shalat (Tarawih), hingga Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah saw mengim

Hukum dan Fadhilah Shalat Tarawih

Shalat sunnah Tarawih merupakan shalat sunnah yg dikerjakan di malam hari setelah Shalat Isya pada bulan Ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah dan diwajibkan seorang muslim untuk melaksanakan atau menunaikan ibadah puasa. Untuk hukum mengerjakan shalat Tarawih sendiri ialah sunnah muakkad yang bisa di artikan sunnah yang sangat diutamakan atau diharuskan untuk dikerjakan setiap umat Muslim di seluruh dunia karena shalat sunnah Tarawih bisa menjadi pelengkap puasa kita. Shalat Tarawih adalah bagian dari shalat nafilah (tathawwu’). Disebut Tarawih, karena setiap selesai dari empat rakaat, para jama'ah duduk untuk istirahat. Sedangkan Jumlah raka'at shalat Tarawih ini bisa 8 Raka'at seperti yg pernah diamalkan oleh Nabi Muhammad Saw dan bisa berjumlah 20 Raka'at seperti pernah diamalkan oleh sahabat Nabi saw, Umar bin Khathab. Hadits-Hadits Shalat Tarawih Aisyah ra ditanya: "Bagaimana shalat Rasulullah saw pada bulan Ramadhan?" Dia menjawab, "B

Nisfu Sya'ban, Keistimewaan Sampai Amalannya

Seperti diketahui oleh banyak kalangan Muslim, bahwa malam nisfu Sya'ban adalah malam mulia. Sehingga mereka pun mengkhususkan amalan-amalan tertentu pada bulan tersebut. Apasih keistimewaan malam nifsu Sya'ban dari bulan lainya? Secara Umum Bulan Sya'ban Adalah  Bulan Mulia Bulan Sya'ban adalah bulan yang terletak sebelum bulan suci Ramadhan. Salah satu keistimewaannya, bulan tersebut adalah waktu dinaikkan amalan. Usamah bin Zaid pernah menanyakan kepada Rasulullah saw, bahwa ia tidak pernah melihat beliau melakukan puasa yang lebih semangat daripada puasa Sya'ban. Kemudian Rasulullah saw bersabda, ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ "Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta a

Hadits dan Tata Cara Shalat Gerhana

Shalat gerhana adalah shalat yang dilaksanakan sebanyak 2 rakaat. Walau demikian beberapa ulama berselisih akan tata cara shalat gerhana. Ada yang berkata kalau shalat gerhana dilaksakan seperti sholat sunnah biasanya 2 rakaat dengan pada setiap rakaatnya ada gerakan sekali rukuk dan dua kali sujud. Tetapi ada juga yang mempunyai pendapat bahwa sholat gerhana dilaksanakan sebanyak dua kali rakaat dan pada setiap rekaatnya ada dua kali rukuk dan dua kali sujud. Dan pendapat yang terakhir itulah yang lebih kuat sehingga banyak diambil oleh para mayoritas para ulama. (Shohih Sayid Sabiq Sunnah, 1: 435-437) Hadits-Hadits Shalat Gerhana Mungkin beberapa orang dari kita masih belum mengetahui bagaimana tata cara shalat gerhana. Berikut ini ada beberapa hadits-hadits yang tegas mengenai tentang cara sholat gerhana, berikut hadits-haditsnya: "Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lantas beliau shallalla

Doa Buka Puasa Sesuai Hadits Shahih

Doa buka puasa yang sering kita dengar dan diajarkan oleh guru-guru madrasah kita memang sudah mahsyur dan sudah tidak asing di telinga kita. Mahsyur bukan menjadi jaminan, termasuk doa buka puasa yang sudah terkenal di masyarakat, belum tentu shahih derajatnya. Lantas seperti apa doa buka puasa yang shahih dan sesuai ajaran Rasulullah saw. Terdapat sebuah hadits shahih tentang doa berbuka puasa, yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah. "Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki" (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi, "Abdullah bin Umar berkata, 'Jika

Keutamaan Shalat Dhuha

Shalat adalah tiang Agama sebagaimana yang di sebutkan di dalam rukun Islam yang ke-2 yaitu mendirikan shalat, shalat merupakan sebuah alat komunikasi langsung dari hamba kepada Sang Pencipta tanpa perantara. Meskipun tergolong shalat sunnah, tetapi shalat sunah Dhuha memiliki banyak keutamaan-keutamaan yang rugi kalau di sia-siakan begitu saja. Meskipun kita tidak berdosa jika tidak mengerjakannya, akan tetapi mengingat banyak kelebihan di dalam shatat tersebut, alangkah baiknya kita tidak melewatkannya. Banyak yang belum memahami keutamaan shalat yang satu ini. Ternyata shalat Dhuha bisa senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian . Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu 'alihi wa sallam bersabda,   يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَان

Pentingnya Menjaga Pandangan

Kita hidup di dunia ini bukan tanpa bekal, Allah swt menciptkan manusia dengan banyak nikmat, yang mana nikmat tersebut untuk bekal kita hidup mengembara di dunia ini sampai tiba waktu kembali. Nikmat-nikmat yang kita dapatkan seharusnya kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mencari ridho Sang Pencipta Allah swt. Seperti halnya nikmat mata yang dapat melihat dan memandang dunia ini dengan jelas, yang sering kali disalah gunakan untuk memandang hal-hal yang haram dan dilarang Allah swt. Allah swt memerintahkan kita agar menundukkan pandangan kita, di dalam firmanNya, قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'" (QS. An-Nur [24] : 30). I