Langsung ke konten utama

13 Fakta Kerusakan Peringatan Maulid Nabi


Dalam peringatan maulid yang diselenggarakan, sering terjadi kemungkaran, bid'ah dan pelanggaran terhadap syariat Islam.

Peringatan maulid itu sendiri tidak pernah diselenggarakan oleh Rasulullah saw, juga tidak oleh para sahabat, tabi'in dan imam yang empat, serta orang-orang yang hidup di abad-abad kejayaan Islam. Lebih dari itu, tak ada dalil syar'i yang menyerukan penyelenggaraan maulid Nabi saw tersebut.

Untuk lebih mengetahui hakikat maulid, marilah kita ikuti uraian berikut:

1. Kebanyakan orang yang menyelenggarakan peringatan maulid, terjerumus pada perbuatan syirik. Yakni ketika mereka menyenandungkan yang artinya,
"Wahai Rasulullah, berilah kami pertolongan dan bantuan.
Wahai Rasulullah, engkaulah sandaran (kami).
Wahai Rasulullah, hilangkanlah derita kami.
Tidaklah derita (itu) melihatmu, melainkan ia akan melarikan diri."

Seandainya Rasulullah saw mendengar senandung tersebut, tentu beliau akan menghukuminya syirik besar. Sebab pemberi pertolongan, tempat sandaran dan pembebas dari segala derita adalah hanya Allah semata.

Dan Nabi saw sendiri bersabda, "Bila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. at-Timidzi, ia berkata, "Hadis hasan shahih").

2. Kebanyakan perayaan maulid yang diadakan berlebihan dalam menyanjung Nabi saw. Padahal Nabi saw melarang hal tersebut.

Rasulullah saw bersabda, "Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku tak lebih hanyalah seorang hamba, maka katakanlah (padaku), 'Abdullah (hamba Allah) dan RasulNya." (HR. al-Bukhari).

3. Dalam buku Maulid al-Urus dan lainnya, disebutkan bahwa Allah menciptakan Muhammad saw dari cahayaNya, lalu menciptakan segala sesuatu dari cahaya Muhammad. Al-Qur'an mendustakannya, dalam FirmanNya, "Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa'." (Al-Kahfi: 110).

Padahal, sebagaimana diketahui, Rasulullah saw diciptakan dengan melalui perantara seorang bapak dan seorang ibu. Ia adalah manusia biasa yang dimuliakan dengan karunia wahyu oleh Allah.

4. Merayakan hari kelahiran Isa al-Masih adalah tradisi orang Nasrani. Demikian pula dengan perayaan hari ulang tahun setiap anggota keluarga mereka. Lalu, umat Islam ikut-ikutan merayakan bid'ah tersebut. Yakni merayakan hari kelahiran Nabi mereka, juga ulang tahun kelahiran setiap anggota keluarganya.

Padahal Rasulullah saw telah mewanti-wanti, "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. abu Dawud, hadits shahih).

5. Dalam peringatan maulid Nabi tersebut, banyak terjadi ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) hal yang sesungguhnya diharamkan oleh Islam.

6. Uang yang dibelanjakan untuk keparluan dekorasi, konsumsi, transportasi dan sebagainya terkadang mencapai jutaan. Uang yang banyak habis dalam sekejap itu padahal mengumpulkanya sering dengan susah payah sesungguhnya lebih dibutuhkan umat Islam untuk kepentingan yang lain, seperti membantu fakir miskin, memberi beasiswa belajar bagi anak-anak orang Islam yang tidak mampu, menyantuni anak yatim dan sebagainya. Di samping, dalam peringatan maulid tersebut, sering terjadi pemborosan. Sesuatu yang amat menyenangkan orang-orang kafir, karena barang produksi mereka laku. Padahal Rasulullah saw melarang secara tegas menyia-nyiakan harta.

7. Waktu yang digunakan untuk mempersiapkan dekorasi, konsumsi dan transportasi sering membuat lengah para penyelenggara maulid, sehingga tak jarang sebagian mereka sampai meninggalkan shalat.

8. Sudah menjadi tradisi dalam peringatan maulid, bahwa di akhir bacaan maulid sebagian hadirin berdiri, karena mereka mempercayai pada waktu itu Rasulullah saw hadir. Ini adalah kedustaan yang nyata. Sebab Allah swt berfirman, "Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (Al-Mu'minun: 100).

Yang dimaksud dinding pada saat tersebut adalah pembatas antara dunia dan akhirat. Anas bin Malik berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih dicintai oleh para sahabat daripada Rasulullah saw. Tetapi jika mereka melihat Rasulullah, mereka tidak berdiri untuk (menghormati) beliau, karena mereka tahu bahwa Rasulullah membenci hal tersebut." (HR. Ahmad dan at_Tirmidzi, hadits shahih).

9. Sebagian orang mengatakan, "Dalam maulid, kami membaca sirah Rasul (sejarah perjalanan hidup Rasulullah saw). Tetapi pada kenyataanya mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan sabda dan perjalanan hidup beliau. Seorang yang mencintai Rasulullah saw adalah yang membaca sirah beliau setiap hari bukan setiap tahun. Belum lagi bahwa pada bulan Rabi'ul Awal, bulan kelahiran Nabi, juga merupakan bulan di mana Rasulullah wafat. Karena itu, bersuka cita di dalamnya tidak lebih utama daripada berkabung pada bulan tersebut.

10. Tak jarang peringatan maulid itu berlarut hingga tengah malam, sehingga menjadikan sebagian mereka paling tidak, meninggalkan shalat Shubuh berjamaah, atau malahan tidak melakukan shalat Shubuh.

11. Banyaknya orang yang menyelenggarakan peringatan maulid bukan suatu alasan bagi pembenaran hal tersebut. Sebab Allah swt berfirman, "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (Al-An'am: 116).

Hudzaifah berkata, "Setiap bid'ah adalah sesat, meskipun menurut manusia hal itu dianggap baik."

12. Hasan al-Bashri berkata, "Sesungguhnya Ahlus Sunnah, sejak dahulu adalah kelompok minoritas di antara manusia. Demikian pula, sampai saat ini mereka adalah minoritas. Mereka tidak mengikuti para tukang maksiat dalam kemaksiatan mereka, tidak pula para ahli bid'ah dalam perbuatan bid'ah mereka. Mereka bersabar atas sunnah-sunnah, sampai mereka menghadap Rabb mereka. Demikianlah, karena itu jadilah kalian sebagai Ahlus Sunnah."

13. Sesungguhnya yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Raja al-Muzhaffar di negeri Syam, pada awal abad ketujuh hijriah. Sedangkan yang pertama kali mengadakan maulid di Mesir yaitu Bani Fathimah. Mereka, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir adalah orang-orang kafir dan fasik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keunikan Gambar Stereogram

Stereogram ditemukan oleh by Charles Wheatstone pada tahun 1838. Ia menemukan penjelasan mengenai penglihatan binokular yang menuntunnya untuk membuat streoskop kombinasi dari prisma dan cermin yang memungkinkan seseorang uneuk melihat gambar 3 dimensi dari gambar 2 dimensi. Secara sederhana stereogram bisa diartikan sebagai gambar 2 dimensi yang menyimpan obyek 3 dimensi di dalamnya. Jika dilihat sekilas atau dengan cara biasa, stereogram hanyalah gambar 2 dimensi. Namun kalau dilhat dengan cara khusus, maka kita bisa melihat gambar atau obyek 3 dimensi di dalam gambar tersebut. Kesan tiga dimensi pada stereogram dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kesan ketinggian (ortoskopik), datar, dan kedalaman (pseudoskopik). Kunci untuk melihat kesan tiga dimensi pada stereogram adalah mata kiri fokus melihat obyek sebelah kiri dan mata kanan fokus melihat obyek sebelah kanan. Jenis-jenis Stereogram : 1.    Single Image Stereogram (SIS) atau Autostereogram, adala

Cara Dzikir Yang Benar Setelah Shalat

Di dalam hadits-hadits shahih disebutkan tentang Nabi saw setelah shalat, beliau membaca istigfar sebanyak 3 kali dengan lafadz,   3X اَسْتَغْفِرُ اللهَ Astaghfirullah. (3x) "Aku memohon ampun kepada Allah" Kemudian beliau membaca,  اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ تَبَرَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَا لَيْتَ يَاذَالْجَلاَلِ وَالْأِ كْرَامِ Allahumma antas-salam wa minkas-salam wa ilaika ya’udus-salam tabarakta rabbana wa ta’alaita ya dzal-jalali wal-ikram.   "Ya Allah, Engkau adalah Zat yang mempunyai kesejahteraan dan dari-Mu kesejahteraan itu kepada-Mu akan kembali lagi segala kesejahteraan itu.  Engkaulah yang berkuasa memberi berkah yang banyak dan Engkaulah Yang Maha Tinggi, wahai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Kemudian beliau membaca,   اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، لاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ Allahuma la mani'a l