Dosa adalah segala amal perbuatan yang melanggar aturan Allah dan Rasulnya. Dosa itu sendiri terbagi kepada dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa dapat dihapuskan melalui taubat nasuhah kepada Allah Swt. kecuali dosa syirik. Sebab Allah Swt maha pengampun dan mengampuni segala dosa, termasuk diantaran dosa zina maupun dosa pembunuhan, kecuali dosa syirik tersebut.
Pada suatu ketika, terlihat seorang wanita berjalan teroleng-oleng. Pakaianya yang serba hitam, menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias, muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang cantik, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa As.
Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka, terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air mata berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita cantik?" tanya Nabi Musa As. terkejut. "Saya takut mengatakannya," jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu" desak Nabi Musa.
Maka, perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya... telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya cekik lehernya sampai tewas," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik,"Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi", teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berwajah cantik dengan hati, bagaikan kaca yang membentur batu, hancur luluh segera bangkit, dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan, ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?", Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina, dan pembunuh itu?" Maka, Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?". "Ada!, jawab Malaikat Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina". Jawab malaikat Jibril.
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib, dan tidak perlu atas dirinya. Berarti, ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur, dan memerintah hamba-Nya.
Sedang orang yang bertaubat, dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya, dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya, Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.
Sumber : http://www.bacaanmadani.com/2017/02/dosa-yang-lebih-besar-seribu-kali-dari.html
Komentar
Posting Komentar