Langsung ke konten utama

Hukum Isbal Bagi Orang Yang Sudah Tau


Hukum Isbal

Isbal adalah bagi laki-laki menutup mata kakinya dengan pakaian yang diulurkan dari atas. Apa hukumnya bagi orang yang sudah mengetahui dalil tentang isbal, tetapi dia tidak mau menjalankannya dikarenakan dia berkeyakinan bahwa jika tidak sombong maka tidak apa-apa.

Kita harus kembali kepada para ulama, kembali kepada para sahabat, para tabi'in, tabi'ut tabi'in. Hadis-hadis Nabi saw tentang masalah isbal memang sudah lama, sudah diterapkan dan tidak ada perselisihan dalam masalah itu.

Adanya sekarang orang-orang yang bilang tidak apa-apa isbal kalau tidak sombong, itu ijtihad dari mereka. Pendapat ulama adalah kembali kepada ulama-ulama zaman dahulu. Sekarang kalau ada diantara mereka yang bertolak belakang dengan ulama dahulu yang lebih dekat dengan zaman Nabi saw, maka dilihat dalilnya, kalau dalilnya lebih kuat maka boleh diikuti, tetapi kalau dalilnya sama saja atau bahkan tidak ada dalil, maka pendapat ulama yang punya dalil yang didahulukan.

Khusus masalah isbal, tidak ada satupun perselisihan diantara sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in. Tentang masalah isbal itu dibagi dua, ada hadis tentang isbal karna sombong dan ada hadis tentang isbal bukan karna sombong, dan keduanya hadis sahih.


Isbal Karna Sombong

Nabi saw bersabda : "siapa yang menarik pakaiannya bagi laki-laki menutupi mata kakinya dari atas ke bawah karna sombong, maka dia tidak dilihat oleh Allah swt".

Riwayat lain, Abu Bakar r.a mendengar ada sabda Nabi saw bahwa orang kalau solat tertutup mata kakinya maka batal solatnya, maka beliau mengatakan "ya Rasulullah saya kalau solat seringkali sarung saya melorot sehingga menutupi mata kaki saya, apakah saya termasuk dalam ancaman itu (solatnya tidak sah)", maka kata Nabi saw "kau tidak termasuk orang yang sombong".

Banyak orang salah faham, dia menarik hadis Abu Bakar tentang masalah melorotnya pakaian beliau, maka berarti yang penting tidak sombong tidak apa-apa. Fahami, Abu Bakar melorot pakaiannya, bahkan dalam hadis mengatakan "sampai saya menahannya baru tidak melorot", artinya benar melorot bukan di buat-buat, bagaimana bisa ditarik hadis ini boleh isbal asalkan tidak sombong.


Isbal Bukan Karna Sombong

Nabi saw bersabda : "ada 3 orang yang paling berat siksaannya di hari kiamat, tidak dilihat oleh Allah dan Allah tidak membantu ditimbangan amal yaitu orang yang bersumpah dusta agar jualannya laku, orang yang menutup mata kakinya dan orang yang menyebut-nyebut kebaikannya".

Hadisnya jelas dan tidak ada perselisihan diantaranya sebanarnya. Orang-orang yang mengatakan tidak apa-apa isbal asalakan tidak sombong ini, mereka tidak punya rujukan alim ulama dari sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in generasi awal. Mereka berijtihad melihat hadis lalu mereka berusaha mengerjakannya.

Sementara tingkat ijtihad (upaya untuk mengeluarkan sebuah hukum) ini ada kelasnya, ulama mengatakan yang sampai pada tingkat ijtihad adalah seorang alim ulama yang memang sudah mempelajari secara global dalil berhubungan dengan sub bahasan yang sedang dibahas, kemudian berijtihad mengambil sebuah keputusan.

Banyak penafsiran-penafsiran yang salah sekarang ini dari pemahaman hadis maupun pemahaman ayat. Makanya ulama-ulama mengatakan bahwasanya orang kalau mau selamat dalam memahami agama ini, harus kembali kepada pemahaman generasi awal islam.

Kalau kita belum bisa melakukannya, maka belajar, berdo'a kepada Allah, bukan menyalahkan apalagi sampai menolak atau mentakwilkan maknanya, karna hadis yang sudah jelas tidak boleh ditakwilkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Fakta Kerusakan Peringatan Maulid Nabi

Dalam peringatan maulid yang diselenggarakan, sering terjadi kemungkaran, bid'ah dan pelanggaran terhadap syariat Islam. Peringatan maulid itu sendiri tidak pernah diselenggarakan oleh Rasulullah saw, juga tidak oleh para sahabat, tabi'in dan imam yang empat, serta orang-orang yang hidup di abad-abad kejayaan Islam. Lebih dari itu, tak ada dalil syar'i yang menyerukan penyelenggaraan maulid Nabi saw tersebut. Untuk lebih mengetahui hakikat maulid, marilah kita ikuti uraian berikut: 1. Kebanyakan orang yang menyelenggarakan peringatan maulid, terjerumus pada perbuatan syirik. Yakni ketika mereka menyenandungkan yang artinya, "Wahai Rasulullah, berilah kami pertolongan dan bantuan. Wahai Rasulullah, engkaulah sandaran (kami). Wahai Rasulullah, hilangkanlah derita kami. Tidaklah derita (itu) melihatmu, melainkan ia akan melarikan diri." Seandainya Rasulullah saw mendengar senandung tersebut, tentu beliau akan menghukuminya syirik besar. Sebab pemberi

Keunikan Gambar Stereogram

Stereogram ditemukan oleh by Charles Wheatstone pada tahun 1838. Ia menemukan penjelasan mengenai penglihatan binokular yang menuntunnya untuk membuat streoskop kombinasi dari prisma dan cermin yang memungkinkan seseorang uneuk melihat gambar 3 dimensi dari gambar 2 dimensi. Secara sederhana stereogram bisa diartikan sebagai gambar 2 dimensi yang menyimpan obyek 3 dimensi di dalamnya. Jika dilihat sekilas atau dengan cara biasa, stereogram hanyalah gambar 2 dimensi. Namun kalau dilhat dengan cara khusus, maka kita bisa melihat gambar atau obyek 3 dimensi di dalam gambar tersebut. Kesan tiga dimensi pada stereogram dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kesan ketinggian (ortoskopik), datar, dan kedalaman (pseudoskopik). Kunci untuk melihat kesan tiga dimensi pada stereogram adalah mata kiri fokus melihat obyek sebelah kiri dan mata kanan fokus melihat obyek sebelah kanan. Jenis-jenis Stereogram : 1.    Single Image Stereogram (SIS) atau Autostereogram, adala

Cara Dzikir Yang Benar Setelah Shalat

Di dalam hadits-hadits shahih disebutkan tentang Nabi saw setelah shalat, beliau membaca istigfar sebanyak 3 kali dengan lafadz,   3X اَسْتَغْفِرُ اللهَ Astaghfirullah. (3x) "Aku memohon ampun kepada Allah" Kemudian beliau membaca,  اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ تَبَرَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَا لَيْتَ يَاذَالْجَلاَلِ وَالْأِ كْرَامِ Allahumma antas-salam wa minkas-salam wa ilaika ya’udus-salam tabarakta rabbana wa ta’alaita ya dzal-jalali wal-ikram.   "Ya Allah, Engkau adalah Zat yang mempunyai kesejahteraan dan dari-Mu kesejahteraan itu kepada-Mu akan kembali lagi segala kesejahteraan itu.  Engkaulah yang berkuasa memberi berkah yang banyak dan Engkaulah Yang Maha Tinggi, wahai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Kemudian beliau membaca,   اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، لاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ Allahuma la mani'a l